Laskar89 adalah kolektif peretas terkenal yang berbasis di Indonesia yang bangkit menjadi keburukan pada awal 2000 -an. Kelompok itu, yang namanya diterjemahkan menjadi “Army of 89,” dikenal karena melakukan serangkaian serangan cyber profil tinggi terhadap pemerintah dan target perusahaan.
Asal -usul Laskar89 dapat ditelusuri kembali ke tahun 2000, ketika sekelompok peretas Indonesia bersatu untuk membentuk kolektif dengan tujuan melakukan serangan cyber yang bermotivasi politik. Kegiatan kelompok dengan cepat mendapatkan perhatian, dan mereka segera dikenal sebagai salah satu kelompok peretasan paling menonjol di Indonesia.
Serangan paling terkenal di Laskar89 terjadi pada tahun 2002, ketika mereka berhasil meretas ke situs web resmi pemerintah Indonesia dan menggantinya dengan pesan yang mencela korupsi pemerintah dan menyerukan reformasi politik. Serangan itu mendapatkan liputan media yang meluas dan memadat reputasi Laskar89 sebagai kelompok peretasan yang tangguh.
Namun, pemerintahan teror kelompok itu berumur pendek. Pada tahun 2003, pihak berwenang Indonesia meluncurkan tindakan keras terhadap kejahatan dunia maya, menargetkan Laskar89 dan kelompok peretasan lainnya yang beroperasi di negara tersebut. Banyak anggota Laskar89 ditangkap dan didakwa dengan berbagai kejahatan dunia maya, yang menyebabkan kejatuhan kelompok itu akhirnya.
Kematian Laskar89 menandai akhir era untuk komunitas peretasan Indonesia. Sementara kelompok mungkin telah dibubarkan, warisannya hidup dalam bentuk kolektif peretas lain yang telah muncul pada tahun -tahun sejak itu. Kebangkitan dan jatuh Laskar89 berfungsi sebagai kisah peringatan tentang bahaya terlibat dalam kegiatan cyber ilegal dan konsekuensi yang dapat dihasilkan dari tindakan tersebut.
Sebagai kesimpulan, Laskar89 adalah kolektif peretas terkenal yang membuat nama untuk dirinya sendiri melalui serangan cyber profil tinggi terhadap target pemerintah dan perusahaan. Sementara kelompok itu mungkin telah menemui akhirnya di tangan penegakan hukum, dampaknya pada komunitas peretasan Indonesia terus dirasakan hingga hari ini.